Senin, 16 Agustus 2010

Hasil Survey Nasional Penyalahguanaan Dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar Dan Mahasiswa Di 33 Propinsi Di Indonesia Tahun 2006

Sebagaimana kita sadari bersama bahwa permasalahan penyalahgunaan dan peredaran Narkoba di Indonesia terus meningkat dari hari ke hari. Oleh karena itu pemerintah bersama masyarakat, terus melakukan berbagai upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di setiap lini kehidupan.
Dalam mencapai tujuan P4GN yang berdaya guna dan berhasil guna secara taktis dan strategis, diperlukan statu kegiatan survey, penelitian dan kajian yang komprehensip tentang permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, sebagai acuan kebijakan dan program baik yang sedang dijalankan maupun direncanakan.
Buku tentang “Hasil Survey Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Relajar dan Mahasiswa di 33 Propinsi di Indonesia tahun 2006” ini merupakan salah satu bentuk upaya Badan Narkotika Nasional memberikan gambaran terkini tentang kondisi penyalah-gunaan dan peredaran gelap Narkoba pada kelompok relajar dan mahasiswa di Indonesia. Oleh karenanya buku ini dapat dijadikan referensi dari berbagai kalangan dan menjadi motivator bagi para peminat penelitian P4GN.

Latar Belakang dan Tujuan
Ancaman Narkoba di Indonesia semakin meningkat dan mengarah pada generasi muda terdidik. Indonesia tidak saja wilayah transit, tetapi sasaran pemasaran, bahkan tempat produksi Narkoba dari sindikat Internacional. Posisi geografis, sifat kepulauan, dan ketidak stabilan ekonomi, sosial, politik, dan keamanan membuat Indonesia rentan penyelundupan, peredaran gelap dan penyalah-gunaan Narkoba. Atas dasar ini, Survei Nasional Penyalah-gunaan Narkoba pada Pelajar/Mahasiswa telah dilakukan dengan tujuan menilai besaran, tren, dan variasi geografis dan social-ekonomi penyalah-gunaan dan peredaran gelap Narkoba pada kalangan relajar dan mahasiswa di Indonesia.

Metoda Survei
Survei mencakup pelajar SLTP dan SLTA dan mahasiswa di seluruh (33) propinsi. Data dikumpulkan melalui pengisian sendiri oleh responden (self administered) kuesioner terstruktur penyalah-gunaan Narkoba, mengacu tujuan survei dan standar rekomendasi United Nations on Drugs Control (UNODC, 2003). Melengkapi Survei Utama, Studi Kualitatif dilakukan di 11 propinsi melalui mewawancarai di setiap propinsi dengan 4 informan terpilih dari: (1) pejabat DikNas; (2) Kepala Sekolah atau guru BP; (3) wakil pelajar/mahasiswa; (4) Kepala atau wakil Bagian Reserse Kepolisian. Besar sampel survei sekitar 2.000 pelajar/mahasiswa per propinsi dengan sebaran 1.000 orang di ibukota dan 1.000 lainnya di kabupaten. Penarikan sampel di setiap propinsi dilakukan acak bertahap.

Hasil Survei
Pelajar dan mahasiswa tidak bebas resiko penyalah-gunaan Narkoba. Di antara 100 pelajar dan mahasiswa rata-rata 8 pernah pakai dan 5 dalam setahun terakhir pakai narkoba. Penyalah-gunaan sudah terjadi di SLTP. Di antara 100 pelajar SLTP, rata-rata 4 dalam setahun terakhir pakai Narkoba. Angka pernah pakai lebih tinggi dua kali lipat pada mahasiswa (12%) dibanding pelajar SLTP (6%). Penyalah-gunaan lebih tinggi 3 sampai 6 kali lipat pada laki-laki dibanding perempuan, dan lebih tinggi di sekolah / kampus swasta dibanding negeri atau agama. Angka penyalah-gunaan yang tidak berbeda antara ibu kota propinsi dan kabupaten menyiratkan kabupaten tidak terhindar dari masalah Narkoba.
Status tinggal bersama atau tidak bersama orang tua, besar uang saku, dan ketaatan ibadah responden ditemukan terkait dengan resiko penyalah-gunaan narkoba. Angka penyalah-gunaan lebih tinggi pada mereka yang tinggal tidak bersama orang tua dibanding mereka yang tinggal bersama orang tua, dan lebih tinggi pada mereka dengan uang saku lebih dari Rp.10.000,- per hari dibanding mereka dengan uang saku lebih rendah. Mereka yang mengaku selalu atau rajin beribadah tidak berarti bebas Narkoba, tetapi tingkat penyalah-gunaan lebih rendah pada mereka yang mengaku taat dibandingkan mereka yang mengaku jarang beribadah.
Mereka yang merokok, minum alkohol dan melakukan praktek seks pra-nikah lebih rentan terhadap penyalah-gunaan Narkoba. Angka penyalah-gunaan pernah pakai narkoba 5 kali lipat lebih tinggi pada mereka yang pernah merokok dibanding tidak; 6 kali lipat lebih tinggi pada mereka yang pernah minum alkohol dibanding yang tidak; dan 5 kali lipat lebih tinggi pada mereka yang melakukan seks para-nikah dibanding yang tidak melakukan.
Sekitar 40% penyalah-guna di SLTA dan lebih separuh di Akademi / PT mengaku pernah atau setahun ini memakai Ganja. Sekitar 10% sampai 15% penyalah-guna Narkoba di semua jenjang sekolah mengaku memakai Ekstasi dan atau Shabu. Pemakai Ekstasi dan Shabu meningkat dengan meningkatnya jenjang sekolah. Sekitar 7% penyalah-guna di semua jenjang sekolah memakai heroin dan atau morfin; dan 4% - 5% mengaku memakai kokain, LSD, Ketamin, dan atau Yaba.
Empat di antara 10 pelajar / mahasiswa penyalah-guna mulai memakai Narkoba saat umur 11 tahun atau lebih muda. Ganja merupakan jenis Narkoba yang paling banyak dipakai pertama kali.
Di antara 1.000 pelajar / mahasiswa rata-rata mengaku pernah menyuntik Narkoba, dengan kisaran di bawah 1 sampai 5 menurut propinsi. Angka menyuntik Narkoba lebih tinggi di beberapa propinsi, termasuk DKI Jakarta, Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Irian Jaya Barat, dan Papua, dibanding propinsi lain.
Penyalah-gunaan Narkoba suntik berpola mirip Narkoba umumnya; yaitu lebih tinggi pada jenjang sekolah yang lebih tinggi, Hanya satu per 1.000 responden di SLTP, tetapi 2 di SLTA dan 4 di Akademi/PT mengaku pernah menyuntik Narkoba. Tidak tampak perbedaan angka menyuntik Narkoba antara ibu kota propinsi dan kabupaten. Penyalah-gunaan Narkoba suntik lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan, dengan rasio 8 orang laki-laki terhadap satu perempuan.
Diantara 100 pelajar / mahasiswa penyalah-guna Narkoba sekitar satu sampai 4 pernah menyuntik Narkoba. Angka ini tidak berbeda antara ibu kota propinsi dan kabupaten, tetapi meningkat dengan meningkatnya jenjang sekolah dan umur . angka menyuntik diantara penyalah-guna lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan dengan rasio 2 banding 1.
Diantara penyalah-guna Narkoba hanya 8% pernah menjalani pengobatan atau rehabilitasi, termasuk yang banya disebut: detoksifikasi medis, perawatan ’over dosis’, atau perawatan di panti medis dan non-medis.
Sebagian besar responden pernah mendengar atau terpapar informasi Narkoba, Ganja, Shabu, Heroin, dan Ekstasi merupakan jenis Narkoba yang populer. Lebih separuh responden menyebut televisi, koran / majalah, guru di sekolah, teman, dan redio sebagai sumber informasi Narkoba.
’Teman’ merupakan pintu masuk utama penyalah-gunaan Narkoba. Sekitar 4% responden di SLTP, 12% di SLTA dan 19% di akademi / PT pernah ditawari Narkoba oleh teman. Sekolah / kampus dan rumah teman paling banyak disebut sebagai tempat menawarkan Narkoba.
Di antara 100 pelajar / mahasiswa rata-rata 80 pernah terpapar promosi bahaya dan pencegahan Narkoba. Dari yang terpapar promosi, 75% mengaku mengerti pesan promosi. Dari seluruh responden, hampir separuh menyebut Badan Narkotika Propinsi atau Kabupaten, dan sepertiga menyebut Departemen Kesehatan sebagai sumber promosi.
Di antara 100 pelajar dan mahasiswa rata-rata 30 orangpernah dan 20 orang setahun terakhir merokok; 17 orang pernah dan 9 setahun terakhir minum alkohol; 5 orang setahun terakhir melakukan seks pranikah. Angka-angka ini tidak begitu berbeda antara ibukota propinsi dan kabupaten, tetapi bervariasi menurut propinsi dengan kisaran pernah merokok 20% sampai 40%, minum alkohol di bawah 10% sampai 20%, dan seks pra-nikah 1% sampai 10%.
Angka merokok, minum alkohol dan seks pranikah lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan, dan semakin tinggi dengan semakin tinggi jenjang sekolah dan umur . praktek merokok, minum alkohol, dan seks pranikah sudah terjadi pada pelajar SLTP. Di antara 100 responden pelajar SLTP, 13 orang setahun terakhir merokok, 5 orang minum alkohol, dan 2 orang melakukan seks pranikah.

Pembahasan : Angka Penyalahgunaan dan Taksiran Jumlah Penyalahguna
Angka penyalah-gunaan Narkoba pada pelajar dan mahasiswa hasil survei ini lebih tinggi dibanding survei-survei sebelumnya. Perbedaan ini menggambarkan peningkatan angka penyalah-gunaan Narkoba. Penyimpulan ini sesuai dengan peredaran gelap Narkoba yang juga semakin meningkat. Penyalah-gunaan Narkoba tidak merata, tetapi lebih tinggi pada kelompok-kelompok masyarakat dengan ciri kehidupan tertentu (misal: pelajar / mahasiswa, penghuni Lapas, dan pekerja tempat hiburan) dibanding masyarakat umum, dan lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Kelompok rentan penyalah-gunaan Narkoba mempunyai ciri-ciri antara lain: anggota berinteraksi erat satu dengan yang lain, cukup mampu secara ekonomi, lebih longgar terhadap rutinitas ’produktif’, dan lebih permisif terhadap nilai-nilai ’baru’.
Namun demikian, angka menyuntik Narkoba hasil survei ini sedikit lebih rendah dibanding survei-survei sebelumnya. Pelaporan menyuntik Narkoba yang lebih rendah ini boleh jadi responden masih kurang terbuka terhadap perilaku ilegal. Responden memang mengisi sendiri kuesioner dan tahu bahwa identitas mereka tidak tercantum dalam kuesioner, tetapi mereka tahu bahwa kuesioner mencantumkan kelas dan nama sekolah. Identitas sekolah ini kemungkinan mempengaruhi keterbukaan responden.

Pembahasan : Peredaran Gelap Narkoba
Peredaran gelap Narkoba di Indonesia semakin meningkat terutama sejak tahun 2003. Jumlah tersangka kasus Narkoba meningkat setiaptahun, dari sekitar 5.000 tersangka pada tahun 2001 menjadi 32.000 tersangka pada tahun 2006. Dalam kurun waktu 2001-2006 jumlah tersangka kasus mencapai sekitar 85.000 orang. Sejak tahun 1998 Clandestine Narkoba diungkap setiap tahun dengan jumlah yang semakin meningkat.

Kesimpulan
Pelajar dan mahasiswa di semua propinsi baik di ibu kota maupun di kabupaten rentan penyalah-gunaan Narkoba. Penyalah-gunaan jauh lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Kemampuan ekonomi, pengawasan yang kurang dari orang tua, dan ketidak-taatan ibadah meningkatkan kerentanan penyalah-gunaan Narkoba. Ganja, Ekstasi, dan Shabu merupakan jenis Narkoba yang paling banyak dipakai. Sekitar 40% penyalah-guna mulai pakai Narkoba pada umur 11 tahun atau lebih muda. ’Teman’ merupakan pintu masuk utama penyalah-gunaan Narkoba. Sekolah / Kampus dan rumah teman sering menjadi tempat menawarkan Narkoba. Hanya 2,4 diantara 100 penyalah-guna mengaku pernah menyuntik Narkoba.

TRADISI SEJARAH PADA MASYARAKAT YANG TELAH MENGENAL TULISAN

1. PENGARUH TULISAN DAN KARYA LONTAR
Sejak masyarakat Indonesia mengenal tulisan (memasuki jaman sejarah ) sebenarnya tradisi sejarah pada masyarakat Indonesia telah terbentuk melalui berbagai prasasti yang ada . perkembangannya kemudian di perluas dengan kemampuan masyarakat dalam berkomunikasi dan perkembangan bahasa di Indonesia . bahkan kemudian muncul golongan masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk mengubah atau menulis berbagai karya sastra . naskah naskah karya sastra kuno tersebut di tulis pada daun lontar sehingga lebih dikenal dengan istilah kitab lontar .
Contoh prasasti di beberapa daerah di Indonesia : prasasti kutai berbahasa sansakerta dan tulisan palawa (dari kerajaan kutai ) , prasasti dari kerajaan trauma yang berbahasa sansakerta dan tulisan pallawa , prasasti dari kerajaan sriwijaya pada umumnya memaki bahasa melayu dan tulisan sansakerta , prasasti dari mataram kuno pada umumnya ditulis dengan huruf pallawa bahasa sansakerta tetapi telah mulai ada tulisan dan bahasa jawa kuno
Selain tulisan dan bahasa tradisi sejarah di Indonesia dipengaruhi pula oleh perkembangan karya sastra , contohnya kitab ramayana dan mahabarata yang berasal dari India di ubah dalam bahasa jawa kuno ( dari jaman mataram kuno) . kitab arjuna wiwaha karya mpu kanwa , samaradhahana karya mpu dharmaja ,hariwangsa, gatotkacasraya karya mpu panuluh , bharatayudha karya mpu sedah dan mpu panuluh (dari jaman kediri). Kitab Negara kertagama karya mpu prapanca , sutasoma ,arjuna wijaya karya mpu tantular , kutaramanawa karya gajah mada , pararaton , sundayana (dari jaman majapahit)
2. TRADISI SEJARAH DALAM LINGKUNGAN ISTANA
Pada umumnya tradisi sejarah di Indonesia berada dalam lingkungan keraton (istana sentries) dimana hasilnya dikenal dengansejarah tradisional (historiografi tradisional) .Dalam lingkungan keraton terdapat orang yang ahli menuliskan tradisi sejarah disebut pujangga. Para pujangga menuliskan silsilah keluarga raja, kebijaksanaan raja , hukum maupun karya sastra . untuk memperkuat tulisannya biasanya para pujangga menggunakan mitos dan legenda dalam tradisi sejarahnya , sehingga tokoh raja dalam tulisannya akan mendapatkan pulung (charisma) yang di wariskan penguasa sebelumnya
Contoh karya historiografi tradisional : kitab paraton , sundayana, pustaka wangsakerta , carita parahiyangan , babad tana jawi , babad cirebon , sejarah melayu , kronik wajo , kronik kutai , Negara kertagama , sutasoma dll.
TRADISI SEJARAH LOKAL
Selain tradisi sejarah dalam lingkungan istana , tradisi sejarah berkembang pula beberapa daerah , wilayah (local) tertentu . sejarah local dapat di artikan sebagai sejarah dari kelompok masyarakat yang berbeda dalam daerah dan geografis tertentu , walaupun sebenarnya sulit untuk menentukan batas-batas geografisnya . contoh sejarah local adalah buku pemberontakan petani banten 1888 karangan sartono kartodirdjo , sejarah jawa barat dll.
PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH DI INDONESIA
Historiografi adalah tahap akhir dari metode penelitian sejarah , yang dituliskan dalam sejarah merupakan cara untuk mengetahui dan memahami jejak masa lampau manusia . perkembangan penulisan sejarah di Indonesia terbagi atas tiga corak yaitu : tradisional, colonial , nasional .
Ketiga historiografi tersebut tidak didasari oleh pendekatan ilmiah , tetapi hanya untuk legitimasi penguasa dan kekuasaan , bersifat politis dan berisi pembenaran terhadap identitas dan menunjukan kejayaan dari penguasa
HISTORIOGRAFI TRADISIONAL
Dalam historiografi tradisional , penulisannya tidak bertujuan untuk mengungkap fakta dan kebenaran sejarah . historiografi tradisional di dominasi oleh lingkungan keraton . para raja mempunyai kepentingan untuk melegitimasi kekuasaan dan mewariskannya kepada generasi berikutnya .
Historiografi tradisional bersifat ento sentries (kedaerahan) , istana sentries (lingkungan keraton) dan magis religius (dilandasi unsure magis dan kepercayaan) , makanya hasil historiografi tradisional selain dalam bentuk sejarah ada pula dalam bentuk sastra , babad, kronik, dll.
Dalam historiografi tradisional tokoh sejarahnya sering dihubungkan dengan tokoh popular jaman dahulu bahkan dengan tokoh yang ada dalam mitos maupun legenda . hal ini di maksudkan untuk mengukuhkan dan melegitimasi kekuasaan , identitas dari tokoh tersebut serta untuk mendapatkan pulung (charisma) yang diwariskan dari tokoh-tokoh sebelumnya .
Contoh dalam kitab negarakertagama , ken arok (raja singosari pertama ) di anggap sebagai anak dewa brahma dan titisan dewa winu , dalam babad tanah jawi di sebutkan bahwa raja mataram islam pertama merupakan keturunan dari para nabi , tokoh wayang dalam Mahabharata , iskandar agung dari Macedonia , raja-raja jawa bahkan punya hubungan dengan nyai roro kidul penguasa pantai selatan
HISTORIOGRAFI KOLONIAL
Historiografi colonial tentunya tidak lepas dari kepentingan penguasa colonial dalam melanggengkan imperialismenya di Indonesia . kepentingan itu termasuk interpretasi mereka terhadap fakta sejarah. Contohnya: berbagai perlawanan yang terjadi pada masa colonial seperti perang aceh , dipenogoro, padri dll. Dalam pandangan historiografi colonial dianggap sebagai tindakan ekstrimis , pemberontakan yang harus di tumpas karena di anggap mengganggu setabilitas pemerintahan .sedangkan menurut sejarah nasional dianggap sebagai pejuang dan pahlawan yang bertujuan mengusir colonial
Dalam historiografi colonial yang bersifat neerlando sentries , VOC merupakan pemersatu , demikian juga dengan kemerdekaan Indonesia , yang menurut versi belanda adalah 27 desember 1949 melalui penyerahan kedaulatan sebagai realisasi dari KMB , sedangkan bangsa Indonesia mengakui kemerdekaan pada tanggal 17 agustus 1945
HISTORIOGRAFI NASIONAL
Perkembangan historiografi Indonesia (nasional) pertama kali muncul justru pada saat kondisi di dominasi historiografi colonial . momentum tersebut muncul ketika pada 1913 , Husein Djayadiningrat menerbitkan buku hasil desertasinya yang berjudul tinjauan kritis sejarah banten . buku tersebut bahkan memenuhi criteria sebagai sejarah modern (ilmiah ) karena memuat uraian dari berbagai aspek(politik, social, ekonomi, dan fisiologi)
Upaya perintisan historiografi nasional (penulisan sejarah nasioanl ) muncul kembali setelah memasuki jaman kemerdekaan . hal itu dirasa perlu karena penulisan sejarah yang ada adalah warisan colonial yng bersifat neerlando sentries , dimana Indonesia di lihat dari sudut pandang dan kepentingan colonial belanda .
Sebagai Negara yang baru merdeka mutlak di perlukan sebuah historiografi nasional sebagai identitas yang akan menunjukan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Pemerintah yang baru terbentuk juga menghendaki legitimasi kekuasaan bukan hanya dari rakyat , yang lebih penting adalah pengakuan internasional terhadap keberadaan bangsa dan Negara Indonesia yng merdeka .
Seminar sejarah nasional di yogjakarta 1957 , menjadi titik tolak kebangkiatan historiografiu nasional .hal yang paling penting dari seminar tersebut adalah : pencarian identitas nasional , rekontruksi penulisan sejarah nasional dari colonial sentries menjadi Indonesia sentries sehingga sejarah nasional dapat menjadi alat pemersatu bangsa

CONTOH KHUTBAH JUMAT

SEDEKAH MEMBAWA BERKAH
Disusun Oleh: Haris Setyadi /18/IX-IA3

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullahu
Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh Tabaroka wa Ta’ala yang menciptakan alam, mengaturnya dan memberi rezeki kepada penghuninya.
Sholawat serta salam senantiasa kita ucapkan kepada junjungan kita al-Mushtofa Khotamil Anbiya’ Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah mengeluarkan kita dari gelapnya kebodohan menuju cahaya ilmu dan tauhid, yang telah mewasiatkan kepada kita agar berpegang teguh dengan dua hal yang terang yang tidak mungkin seorang hamba tersesat dengan keduanya. Serta semoga ridho Allah tetap menyertai sahabatnya dan para pengikut mereka dari kalangan ulama muslimin, yang tanpa bantuan mereka tidak bisa memahami dengan benar kedua cahaya yang diwasiatkan tadi.

Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullahu
Di muka bumi ini, di belahan mana pun, setiap hari, setiap saat bahkan setiap detik selalu saja ada orang yang perlu dikasihi karena tak mendapatkan bagian yang cukup buat menyambung kehidupannya. Jalan sudah buntu, bumi terasa begitu sempit, pakaian hanya sekedar yang melekat di badan, itupun sudah lusuh, dan terkadang seharian atau lebih, perut keroncongan didera lapar karena tak bertemu nasi walaupun hanya sesuap. Bahkan di antaranya ada yang hingga kejang, sekarat lalu mati. Jika dunia ini tak pernah sepi dari fenomena tragis di atas –dan semua orang yang merenungkan pasti yakin demikian- tidakkah terketuk orang-orang yang masih punya hati di antara mereka yang berkecukupan, lalu mengulurkan derma? Atau masihkah tetap tega menyaksikan kematian demi kematian akibat kelaparan atau minimal ketidaklayakan hidup, sementara dirinya tetap terus menimbun harta? Tidakkah kita ikut merenungkan senandung syair Mahmud Hasan Al Warraq yang berkata:

فَكّرْتُ فِي الْمَالِ وَ فِي جَمْعِهِ، فَكَانَ مَا يَبْقى هُوَ الْفَانِي
وَكَانَ مَا أَنْفَقْتُ فِي أَوْجُهِ البِرّ بِمَعْرُوْفٍ وَإِحْسَانٍ هُوَ الذَي يَبْقى وَأُجْزَى بِهِ يَوْمَ يُجَازَى كُلّ إِنْسَانٍ
“Kurenungkan tentang harta dan penimbunannya, ternyata apa yang tersisa itulah yang yang bakal binasa. Sedang yang kunafkahkan di jalan kebaikan, baik secara ma’ruf atau ihsan maka dialah yang kekal dan karenanya aku dibalas (kebaikan), saat semua orang diberi balasan.”
Al Hasan Al Bashri berkata:
بِئْسَ الرّفِيْقُ الدِرْهَمِ وَالدِيْنَارِ، لاَيَنْفَعَانِكَ حَتّى يُفَارِقَانِكَ
“Sejahat-jahat teman adalah uang dan harta-benda. Keduanya tidak akan bermanfaat untukmu kecuali ketika keduanya berpisah denganmu.”

Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullahu
Harta adalah ni’mat. Barangsiapa takut kepada Allah dalam masalah harta, lalu membelanjakannya sesuai dengan yang diridhai-Nya, memberi makan fakir miskin, serta mengeluarkannya untuk menolong agama Allah dan meninggikan kalimatNya, niscaya Allah akan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Allah akan menjaganya dan memberkahi keluarga dan anak-anaknya. Duhai alangkah bahagianya hamba ini, bahagia di dunia, juga bahagia di akhirat. Dan, kebahagiaan bukanlah sesuatu yang diperjualbelikan. Ia adalah anugerah Allah bagi hambaNya yang taat dan memenuhi perintahNya.

Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullahu
Jika ada orang kaya mengatakan padamu –sedang engkau yakin tentang kejujurannya-, berilah si fulan ini dan itu, besok engkau akan kuberi sesuatu yang lebih baik daripadanya, apakah engkau akan enggan menuruti kemauannya? Tentu, sedetik pun engkau tidak akan terlambat memenuhi keinginannya sebab engkau akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Lalu, apatah lagi jika yang menjanjikan kepadamu itu Allah Azza Wajalla, Pemilik langit dan bumi, Dzat Yang Maha Agung, Maha Pengasih dan Maha Kaya? Allah berfirman:
Artinya: “Dan kebaikan apa saja yang engkau perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.” (Al Muzzammil: 20).
Orang yang berinfak (bersedekah) di jalan Allah seakan-akan memberi pinjaman kepada Allah, padahal Dia adalah Maha Kaya dan Maha Pemberi. Pilihan kata “qardh” (pinjaman) tentu karena begitu sangat mulianya kedudukan orang yang berinfak di sisi Allah. Di samping, kata “qardh” membawa makna hutang piutang, yang berarti Allah –Dzat yang tidak menyelisihi janji-Nya- pasti membayar hutangNya tersebut.
Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yan baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepadaNya lah kamu dikembalikan.” (Al Baqarah: 245).

Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullahu
Dan, berinfak di jalan Allah adalah suatu perdagangan yang pelakunya tak akan pernah merugi sepanjang masa. Ia adalah perdagangan yang mengalirkan ridha Allah dan anugerahNya yang luas.” Lihat (Q.S 35: 29-30). Di ayat lain Allah menegaskan:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran: 133-134).
Karena itu, bersegeralah saudaraku menuju Surga yang memang diperuntukkan Allah bagi segenap hambaNya yang bertakwa, yang diantara sifat-sifat mereka adalah menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit.
Suatu kali, ada seorang Salaf yang berthawaf di Ka’bah seraya berulang-ulang membaca do’a:
اَللّهُمّ قَني شُحّ نَفْسِي اَللهمّ قِنِي شُحّ نَفْسِي
”Ya Allah, jagalah diriku dari sifat kikir, ya Allah jagalah diriku dari sifat kikir.” Sehingga ada yang menegur, wahai hamba Allah, apakah engkau tidak mengetahui selain do’a ini? Ia menjawab, sesungguhnya Allah berfirman: Artinya, “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al Hasyr: 9).
Sebaliknya, orang yang menimbun hartanya dan tidak mau menafkahkan sebagian daripadanya kelak pada Hari Kiamat Allah akan mengalungkan harta yang ia bakhilkan tersebut di batang lehernya. (QS. 3/180). Dengan emas dan peraknya –padahal di dunia keduanya amat ia banggakan- yang telah dipanaskan dalam Neraka Jahannam, dahi, lambung, dan punggung mereke dibakar/diseterika. (QS. 9/34-35).

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
[KHUTBAH KEDUA]

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullahu
Adapun keberuntungan atau faedah menafkahkan harta di jalan Allah adalah sangat banyak.
Pertama, Allah menjamin nafkah orang tersebut. Dalam hadits Qudsi disebutkan:
يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ (متفق عليه)
“Wahai anak Adam, berinfaklah niscaya Aku (menjamin) nafkahmu.” (Muttafaq ‘alaih).
Kedua, mendapatkan kebaikan saat tibanya Hari Penyesalan, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلَا يَقْبَلُ اللَّهُ إِلَّا الطَّيِّبَ وَإِنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ فَتَصَدّقُوْا (متفق عليه)
“Barangsiapa bersedekah senilai satu biji kurma dari hasil kerjanya yang baik –dan Allah tidak menerima kecuali yang baik-baik- maka sungguh Allah menerimanya dengan Tangan KananNya, lalu merawatnya sebagaimana salah seorang dari kamu merawat anak kuda/untanya sehingga (banyaknya) seperti gunung, karena itu bersedekahlah!” (Muttafaq ‘alaih).
Ketiga, bersedekah bisa menghapuskan dosa. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ (الترمذي وابن ماجه)
“Puasa adalah benteng, sedangkan sedekah melenyapkan kesalahan (dosa) sebagaimana air memadamkian api”. (HR. Ibnu Majah dan Turmudzi), ia berkata hadits hasan shahih).
Keempat, nama harum di tengah-tengah masyarakat. Orang yang senang berinfak dan menyelesaikan kesulitan orang lain akan menjadi buah bibir dalam hal kebaikan. Berbeda dengan orang yang kikir, ia akan menjadi tumpuan kebencian orang lain karena hanya menumpuk harta bendanya untuk dirinya sendiri. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَ تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ (البخاري)
“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham…” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
Kelima, berinfak adalah salah satu akhlak Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara perbuatan yang sangat beliau cintai adalah memberi, bahkan memberikan sesuatu yang sangat beliau butuhkan sendiri, seperti pakaian yang sedang beliau kenakan. Demikian menurut hadits riwayat Bukhari dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu.
Keenam, berinfak menyebabkan rizki bertambah, berkembang dan penuh berkah. Lihat kembali (QS. 2/245).
Ketujuh, sedekah menyebabkan pemiliknya mendapat naungan pada Hari Pembalasan. Kelak pada Hari Pembalasan, saat kesulitan manusia memuncak dan matahari didekatkan dengan ubun-ubun manusia. Ketika itulah orang-orang yang suka bersedekah mendapat jaminan. Dalam hadits riwayat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu disebutkan, ada tujuh golongan manusia yang akan dianungi Allah, pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya. Salah satunya adalah:

وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ
“Laki-laki yang bersedekah dan menyembunyikannya, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedelapan, kecintaan Allah dan kecintaan manusia terhadapnya. Orang yang suka memberi akan dicintai orang lain, sebab secara fithrah manusia mencintai orang orang yang berbuat baik padanya. Seorang penyair bersenandung:
“Berbuat baiklah kepada manusia niscaya engkau menaklukkan hatinya. Sungguh, kebaikanlah yang menaklukkan manusia. Berbuat baiklah, jika engkau bisa dan kuasa, karena tidak selamanya orang kuasa berbuat baik.”
Kesembilan, kemudahan melakukan keta’atan. Allah menolong orang yang suka bersedekah dalam melakukan berbagai keta’atan, sehingga ia merasa mudah melakukan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Allah berfirman:
Artinya: {i]“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (Surga), maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (Al Lail: 5-7).
Mudah-mudahan Allah menggolongkan kita termasuk di antara hamba-hambaNya yang suka bersedekah, Amin…

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.

(Khalid bin Nashir Al Assaf, Anfiq Yunfiqillahu alaik”, bittasharruf)